Kamis, 03 Mei 2012

DIKONTRAKKAN RUMAH 
Lokasi : JEPARA 
Bagi anda yang ingin bertempat tinggal di Jepara, jangan khawatir dengan masalah hunian anda. Jangan bingung dan bimbang,kami menyediakan rumah kontrakkan yang paz untuk anda. Bertempat di daerah yang cukup strategis yaitu di desa Ngabul Tahunan Jepara, Km. 9 dari pusat kota jepara. rumah ini tergolong besar, luas dan sangat nyaman. Cocok untuk keluarga anda. Dilengakpi dengan halaman yang luas dan rerimbunan pohon,membuat anda betah tinggal disini. 


Rumah ini dikontrakkan 1 sampai 2 tahun. dan harga mulai 8 juta pertahunya......... 

 
 

Selasa, 24 April 2012

Landasan penggunaan media pembelajaran

LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN 

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Media Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. Fatah Syukur NC, M.Ag














Di Susun oleh:

LATIFATUS SIFA               (103111121)




FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012 
Landasan Penggunaan Media Pembelajaran
I.    PENDAHULUAN
Dalam proses belajar mengajar, penyampaian materi dari guru kepada peserta didik sangatlah penting dan harus diperhatikan. Selain itu, pemilihan metode yang tepat, agar tercapainya tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran pun harus dicermati. Pasalnya, keduanya saling berkaitan, karena bisa membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Akan tetapi, dalam pemilihan media tentu harus jelas alasan mengapa memilih media tersebut, sesuai tidak dengan materi yang diajarkan dan apakah bisa mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan.
Dalam dunia pendidikan, media dapat diartikan sebagai alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Beberapa contoh media pembelajaran seperti, radio, televisi, slide, video, komputer dan lain-lain. Dan salah satu manfaat dari media adalah untuk membuat siswa lebih dapat memahami bahan pengajaran  dan lebih jelas maknanya sehingga memungkinkan peserta didik menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.
Begitu sangat membantunya media dalam pembelajaran, sehingga memunculkan beberapa landasan yang mendasari penggunaan media pembelajaran, yang akan dibahas dalam makalah ini. 

II.    RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana Landasan Psikologis dalam Media Pembelajaran ?
B.    Bagaimana Landasan Sosiologis dalam Media Pembelajaran ?
C.    Bagaimana Landasan Teknologis dalam Media Pembelajaran ?
D.    Bagaimana Landasan Filosofis dalam Media Pembelajaran ?
E.    Bagaimana Landasan Historis dalam Media Pembelajaran ?
F.     Bagaimana Landasan Religius dalam Media Pembelajaran ?





III.    PEMBAHASAN

A.    Landasan Psikologis
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran ialah alasan atau rasional mengapa media pembelajaran dipergunakan ditinjau dari kondisi belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi.Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap seseorang yang telah belajar.  
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, pemakaian media dalam pendidikan sangat berkaitan dengan perkembangan psikologi belajar peserta didik. Pada hakikatnya, tujuan pendidikan, termasuk pengajaran adalah diperolehnya perubahan tingkah laku individu. Perubahan tingkah laku itu wujud dari hasil belajar.
 Yang terpenting dalam proses belajar peserta didik dilihat dari psikologis tentunya adanya keinginan atau motivasi dan kebutuhan dari pesrta didik itu sendiri. Selain, keinginan yang kuat, motivasi dalam diri sendiri dan lingkunganya tentu akan menambah semangat peserta didik, serta dengan adanya kesadaran kebutuhan bahwa pendidikan dalam hidup itu diperlukan.

 Ciri tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar diantaranya adalah terbentuknya tingkah laku berupa kemampuan aktual dan potensial serta kemampuan baru yang yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Studi yang mempelajari tingkah laku adalah psikologi. Dan ada banyak cabang ilmu psikologi diantaranya adalah psikologi belajar. Oleh karena itu, media pembelajaran sebagai upaya membantu peserta didik mencapai tujuan- tujuan pendidikan dan pengajaran melalui psikologi belajar.  
Dalam perkembangannya, belajar tidak bisa dipisahkan dari aspek psikologis. Aspek inilah yang akan sangat mempengaruhi belajar peserta didik secara intern, karena meskipun faktor intern sangat mempengaruhi, namun dominasinya akan kembali pada internal individu yang terlibat langsung proses tersebut.
Sudah menjadi mafhum mukhalafah ketika teori- teori belajar bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu. Karena belajar merupakan bagian dari pendidikan maka psikologi pendidikan pun menjadi teori belajar yang dapat diterapkan.
Ada beberapa aliran psikologi pendidikan yang cukup populer antara lain ;
1.    Psikologi Behavioristik
Tokoh- tokoh yang termasuk aliran ini antara lain J.B. Watson, E.L Torndike dan B F. Skinner. Dalam eksperimenya terhadap tingkah laku binatang berhasil merumuskan teori dengan menggeneralisasikan bahwa perilaku atau tingkah laku menjadi indikator utama bagi seseorang melakukan kegiatan (belajar). Ia tidak memperhatikan keadaan “dalam” seseorang ketika melakukan kegiatan tersebut.
Para behaviorist memandang orang yang memberikan responsnya terhadap lingkunganya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Perilaku binatang yang menjadi parameter dalam teorinya seolah- olah manusia memiliki sifat seperti binatang, yang gampang terangsang dan mengumbar hawa nafsunya. Oleh karena itu, karena teori ini hanya mengedepankan tingkah laku sebagai indikator dalam belajar, maka muncullah teori baru yang menolak, yaitu cognitifisme.

2.    Psikologi Cognitifisme
Pendukung teori ini antara lain adalah J.Bunner, d. Ausubel dan Jean Piaget. Dalam teori ini ranah kognitif lebih merupakan faktor penggerak utama seseorang melakukan kegiatan belajar. Faktor penggerak utama seseorang melakukan kegiatan belajar. Memang kebanyakan orang mengandalkan rasionalitasnya ketika berhadapan dengan kegiatan belajar.  tidak salah ketika ada keluhan bahwa pelajaran tertentu telah menguras otak. Juga tidak keliru ketika nilai matematika seseorang siswa sembilan dikatakan cerdas, otakencer (orang yang intelejensinya tinggi). Namun kemudian tingkat kecerdasan seseorang tidak bisa hanya dilihat dari satu sudut pandang saja. Orang sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan kemampuan kognitifnya saja untuk bisa menjadi lebih cerdas dalam dimensi yang lain. 
3.    Psikoogi Humanistik
Teori ini merupakan gabungan dari teori Behaviorisme dan cognitifistime.Tokohnya diantaranya maslow, JJ. Rousseau dan Carl Rogers.
Psikologi yang lebih tepat disebut sebagai gerakan, atau dalam bahasa Maslow “ a third force ” (dimensi ketiga) ini mengakar pada satu aliran filsafat modern, yakni eksistensialisme yaitu menolak paham yang menempatkan manusia semata- mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Mereka percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaanya,serta tanggung jawab atas pilihan dan keberadaanya itu.


B.    Landasan Sosiologis
Pesatnya penggunaan teknologi di dalam dunia pendidikan pada tahun 1950-an dikarenakan timbulnya kepercayaan terhadaap ilmu pengetahuan sebagai cara untuk memperbaiki mutu kehidupan dan karena ledakan penduduk usia sekolah yang makin banyak. Tantangan tersebut segera memperoleh jawaban dari dunia perekonomian dengan menciptakan pelbagai perangkat keras sebagai bantuan teknologis yang dirancang untuk tujuan pengajaran yang lebih efektif serta ekonomis. 
Sekalipun demikian, timbul sedikit  keragu-raguan terhadap kemungkinan pendayagunaan dalam jangka panjang dari peralatan teknologi secara luas di kelas- kelas dan berbagai bentuk multimedia.
Dalam proses tersebut peranan komunikasi sangat penting, sebab hakikat teknologi pengajaran adalah upaya guru mempengaruhi siswa agar dapat mencapai tujuan penddikan . Oleh sebab itu, landasan sosial teknologi pengajaran ada pada komunikasi insani.
Berkomunikasi merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan naluriahnya yang selalu ingin berhubungan satu sama lain, saling berinteraksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan di antara sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok atau bermasyarakat. Dengan adanya naluri tersebut, maka komunikasi dapat dikatakan merupakan bagian hakiki dari kehidupanya yang senantiasa hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, manusia akan kehilangan hakekatnya sebagai manusia bila ia tidak melakukan kegiatan komunikasi dengan sesamanya. 
Dalam Proses belajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses  penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima pesan adalah komponen komponen komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada di kurikulum, sumber pesan bisa guru, peserta didik, orang lain atau penulis buku dan produser media, saluranya adalah media pendidikan dan penerima pesan adalah peserta didik atau juga guru.
Proses pengoperan dan penerimaan lambang- lambang yang mengandung makna dimaksudkan bahwa makna lambang dalam perjanjian umum, baik oleh pihak pemakai lambang (komunikator) maupun oleh penerima lambang (komunikan), diartikan sama. Dalam hubungan ini Wilbur Schramm menjabarkan pengertian umum komunikasi itu ke dalam tiga kategori pokok dengan beberapa istilah yaitu ;
1)     Enconder, yaitu komunikator, guru yang mempunyai informasi tertentu dan benar, mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan optimal, dan sampai kepada penerima informasi, yaitu para siswanya.
2)    Sign/ signal, yaitu pesan, berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan diterima oleh seseorang atau kelompok orang penerima
3)    Decoder, yaitu  komunikan yang dalam konteks pendidikan adalah siswa yang menerima pesan tertentu, mampu memahami isi pesanya yang diterima.
Tujuan Komunikasi
Terdapat beberapa tujuan komunikasi diantaranya :
a)    Tujuan  komunikasi bersifat informatif yang berhubungan dengan pikiran manusia
b)    Tujuan komuniksi bersifat persuasif yang berkaitan dengan usur kejiwaan manusia
c)    Tujuan komunikasi bersifat hiburan yang berhubungan dengan unsur kejiwaan manusia juga 
Akan tetapi, tujuan pokok komunikasi adalah mengubah hubungan asli antara diri kita dengan lingkungan di tempat kita berada. Dengan demikian tujuan komnunikasi yang utama adalah mempengaruhi orang lain atau mempengaruhi lingkungan fisik kita dan menjadikan diri kita sebagai agen yang dapat mempengaruhi, agen yang bisa menentukan terhadap lingkungan kita untuk dijadikan sesuatu yang kita kehendaki. 
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, integensia, keterbatasan indera, cacat tubuh atau hambatan jenis geografis, jarak waktu dan sebagainya dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan.
C.    Landassan Teknologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi komunikasi dan informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat untuk selanjutnya berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan pola tradisional, karena cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Hasil teknologi telah sejak lama dimanfaatkan dalam pendidikan. Banyak yang dharapkan dari alat- alat teknologi pendidikan yang membantu mengatasi berbagai masalah  pendidikan sehingga dapat membantu siswa belajar secara individual dengan efektif dan efisien.
Dalam konteks pendidikan yang lebih umum, ataupun hanya proses belajar mengajar, teknologi pendidikan merupakan pengembangan penerapan, dan penilaian sistem , teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia. Dengan demikian, aspek- aspeknya meliputi pertimbangan teoritik yang merupakan hasil penelitian, perangkat dan peralatan teknis atau hardware, dan perangkat lunaknya atau software.
Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan peserta didik belajar. Untuk mencapai sasaran akhir ini, teknolog-teknolog di bidang pembelajaran mengembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap peserta didik sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam upaya itu, teknolog berkerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan disaignnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya, dan akhirnya menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi.
Semua kegiatan ini dilakukan oleh para teknolog dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh peserta didik yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap peserta didik akan amat dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
Media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran, yaitu:
a.    Meningkatkan produktivitas pendidikan ( Can make education more productive).
Dengan media dapat meningkatkan produktivitas pendidikan antara lain dengan jalan mempercepat laju belajar siswa, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar siswa.
b.    Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (Can make education more individual).Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi cara belajar siswa, pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya.
c.    Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran ( Can give instruction a more scientific base).
Artinya perencanaan program pembelajaran lebih sistematis, pengembangan bahan pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang karakteristik siswa, karakteristk bahan pembelajaran, analisis instruksional dan pengembangan disaign pembelajaran dilakukan dengan serangkaian uji coba yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
d.    Lebih memantapkan pembelajaran (Make instruction more powerful).
Pembelajaran menjadi lebih mantap dengan jalan meningkatkan kapabilitas manusia menyerap informasi dengan melalui berbagai media komunikasi, di mana informasi dan data yang diterima lebih banyak,lengkap dan akurat.
e.    Dengan media membuat proses pembelajaran menjadi lebih langsung/seketika (Can make learning more immediate).
Karena media mengatasi jurang pemisah antara peserta didik dan sumber belajar, dan mengatasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi, dapat menyajikan “kekonkritan” meskipun tidak secara langsung.
f.    Memungkinkan penyajian pembelajaran lebih merata dan meluas (Can make access to education more equal). 
D.    Landasan Filosofis
    Konsep model pendidikan secara filosofis mirip dengan model pendidikan klasikal, yaitu bertumpu pada asumsi bahwa model pendidikan itu hendaknya merupakan suatu bentuk atau contoh utama dari masyarakat yang lebih luas sebagai hasil karya pendidikan. Dengan demikian, maka dalam konteks masyarakat yang lebih luas titik berat penekanannya ditujukan kepada dimensi- dimensi, kecenderungan- kecenderungan untuk  timbulnya masyarakat teknologi.
    Dalam kenyatannya, perubahan ke masa datang itu terlalu cepat sehinggan dengan cepat pula mempengaruhi kenudayaan dewasa ini. Perubahan tersebut terjadi karena dipicu oleh kemampuan teknologi modern. Manusia dalam anggapan pendidikan teknologis dipandang sebagai makhluk yang berperilaku lebih kompleks dibandingkan dengan makhluk lainya.
    Manusia hidupnya diliputi oleh pelbagai pemikiran ilmiah dari keinginan serta tanggung jawabnya bisa terbebas dari tindakan serta akibatnya. Segala perilakunya dipengaruhi oleh lingkungannya.Begitupun dengan pengetahuan, tidak bisa diperoleh begitu saja, harus melalui pengamatan dan data yang empiris dan dapat diukur dan dibuktikan secara shahih.
    Pendidikan adalah modifikasi dari perilaku yang dicapai melalui aplikasi kondisi yang diperkuat, melalui peralatan teknologi. Isi pelajaran dan metodologi pengajaran ditetapkan denagn dukungan teknologi.
     Secara esensial mesin pengajarn menggantikan peranan guru, dan siswa berperan sebagai trainee yang mempelajari semua data dan ketrampilan yang berguna bagi jabatan atau kedudukannya di bidang teknologi di masa yang akan datang. Bantuan- bantuan teknologi kepada manusia, memungkinkan manusia memahami tumbuhnya masyarakat teknologis yang sangat kompleks. Teknologi di pandang sebagai suatu alat atau sarana yang bebas nilai, bisa dipakai untuk kesejahteraan, atau sebaliknya bisa juga dipergunakan untuk kebinasaan.
    Kurikulum  teknologis berorientasi ke masa depan, yang mengandung teknologi sebagai dunia yang dapat diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu, dalam pendidikan lebih mengutamakan penampilan lahiriyah atau eksternal denagn penerapan praktis hasil penemuan- penemuan ilmiah yang secara karakteristik menuju kearah komputerisasi program pengajaran ideal, sesuai dengan prinsip- prinsip cybernetic.
    Dalam proses belajar mengajar, model pendidikan teknologis lebih menitikberatkan kemampuan siswa secara individual dimana materi pelajaran disusun ke tingkat kesiapan siswa sehinggan siswa mampu mempertunjukan perilaku tertentu yang diharapkan.
    Manfaatnya yang sangat besar dari model kurikulum teknologis ini adlah materi pelajaran dapat di sajikan kepada siswa dalam pelbagai bentuk multimedia. Para siswa meneriama karena  pelajaran karena penyajian pelajaran seperti pada model Pendidikan klasikal, tetapi para siswa lebih yakin dalam menangkap pelajaranya karena penyajian pelajaran lebih hidup, lebih realistis, serta lebih impresif. Para siswa menyerap sejumlah besar pola piker dan materi pelajaran yang kompleks secara efisien karena ketrampilan baru yang diperolehnya akan segera bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat yang lebih luas.
E.    Landasan Historis
Yang dimaksud dengan landasan historis media pembelajaran ialah rasional penggunaan media pembelajaran yang ditinjau dari sejarah konsep istilah media digunakan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui latar belakang sejarah penggunaan konsep media pembelajaran marilah kita ikuti penjelasan berikut ini.
Perkembangan konsep media pembelajaran sebenarnya bermula dengan lahirnya konsepsi pengajaran visual atau alat bantu visual sekitar tahun 1923.Yang dimaksud dengan alat bantu visual dalam konsepsi pengajaran visual ini adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada siswa.
Kemudian kosep pengajaran visual ini berkembang menjadi “audio visual instruction” atau “audio visual education” yaitu sekitar tahun 1940. Sekitar tahun 1945 timbul beberapa variasi nama seperti “audio visual materials”, “audio visual methods”, dan “audio visual devices”. Inti dari kosepsi ini adalah digunakannya berbagai alat atau bahan oleh guru untuk memindahkan gagasan dan pengalaman siswa melalui mata dan telinga. Pemanfaat-an konsepsi audio visual ini dapat dilihat dalam “Kerucut Pengalaman” dari Edgar Dale.
Perkembangan besar berikutnya adalah munculnya gerakan yang disebut “audio visual communication” pada tahun 1950-an.
Dengan diterapkannya konsep komunikasi dalam pembelajaran, penekanan tidak lagi diletakkan pada benda atau bahan yang berupa bahan audio visual untuk pembelajaran, tetapi dipusatkan pada keseluruhan proses komunikasi informasi atau pesan dari sumber (guru, materi atau bahan) kepada penerima (peserta didik). 
Gerakan komunikasi audio visual memberikan penekanan kepada proses komunikasi yang lengkap dengan menggunakan sistem pembelajaran yang utuh. Jadi konsepsi audio visual berusaha mengaplikasikan konsep komunikasi, sistem, disaign sistem pembelajaran dan teori belajar dalam kegiatan pembelajaran
Perkembangan berikutnya terjadi sekitar tahun 1952 dengan munculnya konsepsi “instructional materials” yang secara kosepsional tidak banyak berbeda dengan konsepsi sebelumnya. 
Karena pada intinya konsepsi ini ialah mengaplikasikan proses komunikasi dan sistem dalam merencanakan dan mengembangkan materi pembelajaran. Beberapa istilah  merupakan variasi penggunaan penggunaan konsepsi “intruksional materials” adalah “teaching learning materials” dan “learning resources”.
Dalam tahun 1952 ini juga telah digunakan istilah “educational media” dan “instructional media”, yang sebenarnya secara konsepsional tidak mengalami perubahan dari konsepsi sebelumnya, karena di sini dimaksudkan untuk menunjukkan kegiatan komunikasi pendidikan yang ditimbulkan dengan penggunaan media tersebut. Puncak perkembangan konsepsi ini terjadi sekitar tahun 1960-an.
Dengan mengaplikasikan pendekatan sistem, teori komunikasi, pengembangan sistem pembelajaran, dan pengaruh psikologi Behaviorisme, maka muncullah konsep “educational technology” dan atau “instructional technology” di mana media pendidikan atau media pembelajaran merupakan bagian dari padanya. 
F.    Landasan Religius

Menurut Drs Mahfudh Shalahuddin dalm bukunya Media Pendidikan Islam menyatakan ada beberapa dasar penggunaan media
diantaranya adalah dasar religius yang berkenaan dengan penggunaan media pembelajaran. Dalam masalah penerapan media pendidikan agama, harus memperhatikan jiwa keagamaan pada anak didik.
 Oleh karena faktor inilah yang justru menjadi sasaran media pendidikan agama yang sangat prinsipil. Dengan tanpa memperhatikan serta memahami perkembangan jiwa anak atau tingkat daya fikir anak
 Sebagaimana firman Allah surat An-Nahl ayat 125 :
ادْعُ إِلىٰ سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ صل  وَ جٰدِ لْهُمْ بِا لَّتِي هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِصل وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِ يْنَ
125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Bermacam-macam orang mengartikan kata “Hikmah” dalam arti “Bijaksana.” Adapula yang mengartikan hikmah dengan cara yang tepat dan efektif.

Dapat disimpulkan bahwa hikmah adalah cara yang bijaksana, tepat, efektif, dan dapat diterima dengan akal. Oleh karena itu tugas pengamatan yang pertama harus dilakukan oleh guru agama sebagai pendidik ialah pengamatan langsung kepada perkembangan keagamaan anak didik. Sebab perkembangan sikap keagamaan anak sangat erat hubungannya dengan sikap percaya kepada Tuhan, yang telah diberikan di lingkungan keluarga atau masyarakat, yang selanjutnya dapat dijadikan bahan dasar pengertian dalam melaksanakan tugas sesuai dengan metode yang dipakai dalam proses belajar mengajar.








IV.    ANALISIS
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami smakna persepsi serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Telah disebutkan banyak sekali yang melandasi penggunaan media pembelajaran, seperti landasan teknologis, filosofis, psikologis, sosiologis, religius dan historis. Dari masing- masing landasan memaparkan pentingnya mengapa kita harus menggunakan media dalam pembelajaran. Seperti halnya landasan filosofis yang membicarakan tentang hakekat dan mengapa diperlukan  media pembelajaran yang tidak lain karena kehidupan yang semakin  maju dan itu mempengaruhi pengetahuan, karena dengan pengetahuan, kita akan menuju masyarakat yang memiliki peradaban.
 Maka tak dapat dipungkiri dalam dunia pendidikan sendiri perlu adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak mungkin disampaikan secara tradisional atau klasikal, akan tetapi perlulah teknologi untuk mendukung proses pembelajaran. Agar peserta didik lebih berpikir realistik dan memiliki kecerdasan intelektual. Landasan ini hampir sama dengan landasan teknologis.
Untuk sosiologis, yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Tentunya dalam kita hidup perlunya kita berkomunikasi. Dalam proses belajar mengajar komunikasi ini dilakukan antara guru dan peserta didik.  Didalam komunikasi antara guru dan peserta didik, pengajar akan tahu karakteristik siswa, bagaimana psikologi dari masing- masing murid yang diajarkan, sehingga guru lebih paham media yang seperti apa yang cocok untuk siswanya.
Dalam dunia pendidikan modern saat ini, bagaimanakah pengaruh media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar, tentunya sangat membantu pesrta didik untuk lebih mengenal objek apa yang sedang dipelajarinya. Peserta didik juga dapat menumbuhkembangkan kemampuan yang lebih dengan alat teknologi. Diharapkan siswa dapat memenuhi sumber daya manusia yang dibutuhkan, untuk menghadapi globalisasi yang merajalela.
Alat teknologi memang diperuntukan bukan untuk dunia  pendidikan, akan tetapi, apabila alat tersebut bisa diterapkan dalam pendidikan  dan bisa bermanfaat untuk pendidikan, maka hal itu sangat membantu untuk mencapai tujuann pendidikan nasional.
 Akan tetapi, pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan objek yang diamatinya. Bahan pembelajaran yang  diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Dari ketiga landasan tersebut sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memudahkan peserta didik dalam menerima pembelajaran agar siswa lebih memahani dan mengena apa yang dijelaskan guru kepada mereka.


V.    KESIMPULAN
Secara garis besar landasan media pembelajaran terdapat enam pokok pembahasan yaitu landasan psikologis, sosiologis,landasan teknologis, Filosofis, Historis dan Religius. Landasan psikologis menggaris bawahi bahwa dalam menggunakan media pembelajaran hendaknya seorang guru mengetahui kecenderungan minat dan keinginan siswa agar nantinya materi yang diajarkan lebih mengena dan memahamkan.
Sedangkan landasan sosiologis menekankan kepada cara guru dan peserta didik dalam berkomunikasi. Landasan teknologis menitikberatkan pada alat- alat yang memudahkan peserta didik dalam pembelajaran.
Untuk landasan historis menegenai sejarah penggunaan media pembelajaran. Dan landasan filosofis berbicara tentang hakekat, mengapa perlu adanya media dalam pendidian. Untuk yang terakhir yaitu, landasan religious yang berisi tentang bagaimana Al-Quran memandang media dalam pembelajaran itu. Dari beberapa landasan yang sudah ada diharapkan kita tidak perlu rau lagi menggunakan alat dalam pembelajaran asal tepat memilihnya. Dan  diharapkan alat  atau media yang digunakan dapat membantu peserta didik mencapai tujuan akhir pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA

Sudjana Nana,dkk. Teknologi pengajaran. (Bandung.SINAR BARU.1989)

Syukur, Fatah. Teknologi Pendidikan. (Semarang. RaSail. 2005) 
http://tugaskuliah-ilham.blogspot.com/2011/03/landasan-media pembelajaran.html
http://niamw.wordpress.com/2010/04/30/landasan-penggunaan-media-pembelajaran/
http://www.asrori.com/2011/03/landasan-penggunaan-media-pembelajaran.html